Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Curhat Percakapan Yang tak Perlu Tapi Sangat Aku Butuhkan

"Aku tidak pernah memaksa dia untuk mencintaiku. Meski, dari lubuk hati yang paling dalam aku sangat berharap!," curhatku pada teman baikku seusai Pesta pacar Boss kami merayakan Ultahnya yang ke-20, Senin (21/09), sekitar Pukul 01:25 WITA..

"Akh sudahla. Mungkin dia hanyalah halusinasi dalam bayang-bayang wanita abstrak yang kerjanya hanya menebarkan pesona pada setiap lelaki untuk dilukai," kata teman menghiburku. "Jika demikian, kenapa harus aku yang dia jadikan korban untuk dilukai?. Padahal, aku sangat tulus mencintainya. Mengapa bukan orang lain?," tanyaku. "Kan sudah aku bilang tadi!.

Dia itu hanya menebarkan pesona pada lelaki untuk dia lukai. Kalau dia mencintaimu, dia tidak akan pernah membuat kamu sakit. Apalagi sampai mempertontonkan kemesraan dengan gebetan yang mungkin sudah menjadi pacarnya. Yang jelas kamu sabar saja. Dan ingat! dunia ini bundar bukannya bersegi atau berkotak-kotak. Itu berarti, putaran kehidupan yang kamu rasakan di dalam bumi bundar ini, suatu waktu akan terputar kepadanya. Sehingga, rasa sakitmu dihari ini pasti akan dirasakannya juga. Percaya!," jawabnya sambil menepuk-nepuk bahuku. Meski percakapan ini singkat, bukan berarti tidak memiliki makna.

Luka karena cinta memang begitu. Namun tenang saja, setiap luka pasti ada obatnya. Thank's teman. Seuntai kata nasihat yang kau berikan kepadaku di malam ini telah mengubah rasa cinta tulus menjadi rasa cinta yang abstrak seperti ke-abstrakannya. Kendati, kunafikan rasa yang sebenarnya di balik "perjamuan". (24v1c_Jh03). (Baca Juga Tulisan Taufiq Murit : Binatang Bermuka Dua & Ngaisan Para Kuli Tinta)

Oleh : Taufiq Murit

Posting Komentar untuk "Curhat Percakapan Yang tak Perlu Tapi Sangat Aku Butuhkan"