Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Masa Peralihan Modernisme ke Posmodernisme

Peristilahatan

Istilah posmodernisme telah digunakan dalam demikian banyak bidang dengan meriah dan hiruk-pikuk. Kemeriahan ini menyebabkan setipa referensi kepaadanya mengandung resiko cap sebagai ikut mengabaikan mode intelektual yang dangkal dan kosong.

Masalahnya adalah, istilah itu disatu pihak memang telah sedemikian populer, dipihak lain swenantiasa mengelak untuk bisa didefenisiskan dengan memadai. Keluasan wilayah di mana istilah tersebut digunakan saja cukup mencenangkan.

Ia di gunakan bertebara dimana-mana sehingga tidaklah mengherankan bila maknaya menjadi kabur. Kita temukan istilah tersebut di pakai dalam bidang musik, seni rupa dan drama. Istilah modernisme dan posmodernisme lebih luas lagi digunakan dalam bidang ekonomi. Daniel bell misalnya mengartikan posmodernisme sebagai kian berkembangnya kecenderungan-kecenderungan yang saling bertolak belakang, dengan semakin terbebasnya daya-daya instingtual dan kian membumbungnya kesenangan dan keinginan, akhirnya memberikan logika modernisme kekutub terjauhnya. Hal itu terjadi ketika melalui intenfikasi ketegangan-ketegangan struktural masyarakat.


Dalam perspektif ini posmodernisme di artikan sebagai ketidak oercayaan terhadap segala bentuk narasi besar, penolakan narasi metefisis, filsafat sejarah dan segala bentuk pemikiran yang mentotalisasi realitas peradaban dan posmodernisme ini menolak pemiran yang totaliter, juga menghaluskan kepekaan kita terhadap perbedaan dan memperkuat kemampuan toleransi kita terhadap kenyataan yang tak terukur oleh modernisme.

Istilah itu kemudian menjadi populer ketika di gunakan oleh para seniman, kritikus, untuk menunjukan sebuah gerakan yang menolak midenisme yang mandek dan birokrasi museum yang akademi. Kemudian penggunaan dalam konteks yang lebih luas terjadi di bidang arsitektur.

Kritikan terhadap modernisme

Yang dimaksudkan dengan modernisme di bidang filsafat adalah gerakan pemikiran dan gambaran dunia tertentu yang awalnya di inspirasikan oleh Descartes dan di kokohkan oleh gerakan pencerahan dan mengabadikan dirinya dalam abad ke dua puluh melalui dominasi sains dan kapitalisme.

Gambaran dunia macam ini, beserta tatanan dunia sosial yang dihasilkan ternyata telah melahirkan berbagai berbagai konsekuensi terhadapa kahidupan manusia dan alam pada umumnya. Para taraf praktis, untuk menyebutkan beberapa di antaranya :

1. pertama

Pandangan pandangan dualistiknya yang membagi seluruh kenyataan menjadi subyek dan objek, spritual- material, manusia – dunia, hal ini telah mengakibatkan objektivisasi alam secara berlebihan dan pengurasan alam semena-mena hal ini kita tahu akan merusak ekologi.

2. Kedua

Pandangan modernisme yang bersifat obyetivistis dan postivistis akhirnya mengajadikan manusia sebagai objek juga dan masyarakt pun direkayasa bagai mesin, akibat dari hal ini adalah manusia kehilangan nilai manusiawi.

3. Ketiga

Dalam modernisme ilmu-ilmu positif- empiris mau tak mau menjadi standar keberagaman ilmu tertinggi. Akibat dari hal ini adalah bahwa nilai-nilai moral dan religius menjadi kehilangan wibawanya dan dampak yang di timbulkan adalah disorentasi moral-religius yang pada giliranya mengakibatkan pula meningkatnya kekerasan, keterasingan, dan depresi mental.

Demikianlah segala bentuk konsekuensi negatif itu ahkirnya telah memicu gerakan posmodermisme yang hendak merevesi paradigma modernisme. Keragaman gerakan ini barang kali bisa dimasukan ke dalam tiga kategori namun kategori ini tidak bisa dillihat terlalu ketat, sebab ini dimaksudkan sebagai hanya sebagai alat bantu untuk melihat aneka gerakan secara jernih dan global.

Tentang kapan perisisnya awal berakhirnya modernisme di bidang filsafat itu banyak versi cerita. Dari sudut postrukturalis, misalnya modernisme sudah berakhir sejak serangan-serangan awal atas fenemologi sedangkan di dunia barat modernisme baru tumbang bersama dengan munculnya filsafat post analitik.

Tapi pada wilayah eropa kontinental modernisme berakhir lebih awal, yaitu konon sudah sejak Nietzsce mengadakan kritik dekonstruktif atas tradisi metafisik platonik.

Awal posmodernisme

Postmodernisme telah tiba dan membingungkan para intelektual, seniman dan penggagas kebudyaan. Mereka semua terheran apakah mereka harus menaiki bandwagon dan menikmati karnaval atau berdiam diri di luar garis batas sampai mode baru lenyap dalam kebingungan kebisaan budaya.

Bila kita bicara dari sudut filsafat, maka karakter yang khas dari modernisme adalah, bahwa ia selalu berusaha mencari dasar segala pengetahuan tentang “apa” nya realitas, dengan cara kembali ke subyek yang mengetahui itu sendiri. Disana di harap ditemukan kepastian mendasar bagi pengetahuan kita tentang realitas itu, realitas yang biasanya di bayangkan bagai realitas luar. Kepastian itu biasanya terdapat dalam hukum logika. Jadi, jika saja kita kita mengorganisasikan gagasan secara logis tepat, maka langsung pula kita dapatkan representasi yang benar atau keserupan obyektif dengan kenyataan.

Dalam modernisme filsafat memang berpusat pada epistemologi yang bersandar pada gagasan tentang subyektivitas dan obyektivitas murni, yang satu sam lain terpisah tak saling berkaitan. Tugas pokok filsafat adalah mencari fondasi segala pengetahuan tugas pokok subyek adalah merpresentasikan kenyataan obyektif.

Demikian maka klaim-klaim dari kaum posmodernis tentang berkhirnya modernisme biasanya dimaksudkan unuk menunjukan berkhirnyaanggapan modern tentang subyek dan obyektif. Dunia yang seolah sepenuhnya mandiri menanti subyek yang akan memberikan representasi mental tentangnya. Lalu posmodernisme dimengerti sebagai upaya untuk mengungkapkan segala konsekuensi dari berakhirnya modernisme itu beserta metafiiska tentang fondasionalisme dan representasionalismenya.

Kenyataanya,generalisasi mayoritas umum tentang posmodernisme, apakah mereka sebagai pendukung atau penggugat, dirusak dan ini biasanya melahirkan sedikit atau ketidak miripan dengan yang para posmodernisme tertentu katakan. Artinya alih-alih membicarakan istilah global tentang posmodernisme maka akan membicarakan ide-ide pemikiran tertentu yang diasosiasikan dalam satu jalan atau jalan lain yang bersandar pada posmodernisme pun, karena kebutuhan untuk menyesuikan diripun kita harus sangat berhati-hati.

Postmodernisme berkembang biak begitu cepat dan itu semakin jelas pada tahun 1970 an. Tokoh kunci dalam periode ini adalah Inha Hasan bahkan kajianya sekarang di pandang sebagai sesuatu yang sangat bersejarah dan ungkapan-ungkapanya berpengaruh pada pemikiran postmodernisme kontemporer. Di samping dia memfokuskan pada literatur, dia juga mulai tertarik dalam analisis budaya yang sangat luas, yang kemudian menjadi fokus teori sosial postmoderen.

Pengaruh postmodernisme terhadap masyarakat

Masyarakat postmodern disifatkan dengan superfisialitas dan kedangkalan. Lelah dengan pencarian makna yang dikaitkan dengan dunia modern, orang-orang di dalam dunia postmodern ingin hidup dipermukaan untuk sementara. Lebih jauh lagi, produk-produk budaya postmodernisme sebagian besar adalah image pada permukaan yang tidak menyelidiki secara mendalam makna-makna yang mendasarinya.

Sumber Referensi :

Sugiharto,Bambang.1999.posmodernisme tantangan bagi filsafat, Yogyakarta : kanisius


Ritzer,Geoger.2003.teori sosial posmodern, Yogyakarta : kreasi wacana

(Baca Juga Artikel Menarik : Kebebasan Dengan Sentuhan Moralitas)

Posting Komentar untuk "Masa Peralihan Modernisme ke Posmodernisme"